Senin, 22 Desember 2008

Discrimination Against All

I was upset because I feel that I was discriminated just because I am a women. Around a week ago, my friend asked me if I would be available to replace him for 3 days as a language assistant in one consultant firm in Dumai, Riau because he'll be away for christmas holliday. He then asked me to send my cv and he would give it to his consultant. I have a long vacation during christmas anyway. A day later, he sent me an email. Fit, I've sent your cv to my consultant, but he thinks that next week would be tough so he prefer a man. this is quoted from my concultant's email: I would love to have ibu, but this place will be hell for her so I prefer the man.


My first reaction was surprise. That was the first time I did not get a job clearly because I am a women with vagina, the consultant prefer a man with penis, and I am considered not to be capable to do a 3 days job as a language asisstant in Dumai that the consultant believes would be hell for me. I wrote to my friend saying that finally I faced a situation where my sex is a matter and tell him that I smell discrimination there. He replied that his bos select the other candidate beside he is a man, he was also born in London. If the consultant used the reason that someone who was born in London would speak better English than me, that would be more acceptable than using the main reason "I am a woman". I'm wondering If I changed my cv, erase the photograph, and write my name as F. Adi Anugrah. does it sound man enough? Would the situation change?


The next day, I saw one of my friend YM's status: damn you Kartini, you win the gender battle. Kartini, die you, and so on and so forth basically condemning Kartini for the emancipation. I buzz him and asked him what happen. He said that he was applying for a business analyst position in one of big MNC. The Human Resources Department said that he was the best candidate from the top three and the HRD will highly promote him to the user. A month later he was called. the HRD said that the department always suggested him, the best candidate to the user, but the user prefer a woman simply because the regional office is bored with man. In this case, the vagina defeated the penis. I told him what happened to me and he said that even though I failed, it was only a side job, around two million in a shot for three days, while he was applying for a permanent job.


Now, let's "analyze" the situation. Refering ONLY to the above case (because in the reality the situation will be totally different), both man and woman are equally treated, equally discriminated and equally get the priviledge. For me and and my male friend, we were discriminated because of our gender. For our competitors, they were benefited by their gender. But is this a situation we are looking for? an equality many people are fighting for? I believe it's not. The ideal one, man are women are equally treated based on their capability and quality not based on their sex. The next day, my friend YM status was "I wish I were a woman" Imagine how many women said the same thing for years "I wish I were a man". Discrimination is sucks, and I believe equality is still a long way to go. It's going to be way longer if we all decide to be ignorant.

Selasa, 14 Oktober 2008

Should I let it?

If only I were a teenager, I would enjoy this. But now I'm scared if I should let it open and vulnerable. But I believe that it is inevitable isn't it? Gosh... after years I finally should face this kind of joy as well as threat, again.....

Should I build a strong and high wall and prevent any possible attack or just let it open and find out maybe the one that will come is such a bless.....

I am indeed afraid

Selasa, 16 September 2008

again about believes

Gw menikmati banget wiken kemaren karena gw makan di tempat yang lumayan ok (Nu-Art Cafe), makanannya gak mengecewakan (walaupun bukan enak banget), dan dilanjutin sama ngopi di tempat yang asik. Namanya breeze, di daerah Cipaku. Beneran tempatnya asik, karena bentuknya tuh rumah, dikelilingi kebun yang luas dan di kebun itu banyak gazeebonya trus di dalem gazeebo itu ada sofa2 besar buat ngobrol. Ditambah lagi, kita bisa denger suara tokek segala macem. Cuma karena gw kesana malem, agak menggigil juga ya bo (sudah merasa postingan ini harusnya masuk food review?). Gw pergi ma temen gw, an interesting guy who has many interesting ideas about religion. Sayangnya, malem itu ego gw sedikit terluka karena harus gw akui pengetahuan sejarah gw kalah telak. Sepertinya gw harus baca buku 5.000 halaman sejarah islamnya temen gw to restore my ego, huahahaha. enggak lah, gak seniat itu. cukup 1250 halaman mungkin ;-).

Back to the main theme. Tema yang diomongin banyak abisnya, dari mulai perang tiga kerajaan di Cina, Islam tenryata sosialis, kenapa bagdad bisa kalah sama mongol, dll (Ada yang merasa temanya terlalu berat untuk ngopi pada saat weekend?). Makanya kita omongin main theme aja which is about believe.

Ngomong-ngomong soal krisis kepercayaan terhadap agama, apakah kalian pada sempet ngalamin? bentuknya kayak apa? gw sih sempet mempertanyakan apakah Islam, agama yang gw percayai selama ini adalah sebuah kebenaran tunggal ataukah ternyata semua agama itu benar dan berjalan secara paralel? Sejauh apakah kita harus membela kepercayaan yang kita anut? jaman dulu sih orang sampe perang segala macem. Perang salib aja ada season 1, 2, 3 dan mungkin seterusnya.

Temen gw sempet nanya, dan ini sebenernya salah satu titik perbedaan yang menarik antara gw dan dia. Dia bilang gini, gimana bisa gw (refering to him) masuk ke surga firdaus dan 1 rt sama rasulullah kalo gaya hidup gw masih semi hedon gini? Gw ngaji aja paling cuma sedikit, gak wirid sampe yang banyak gitu. Belom dulu solat sempet bolong-bolong. Gimana cara bayar utang gw? Kalo percaya bahwa semua islam bakal masuk surga setelah beribu-ribu tahun di neraka, gw emang pasti masuk surga, tapi itu juga paling surga layer pertama. Apa gw resign aja dari kehidupan duniawi dan totally dedicate my self as a scholar or getting closer to God?

Gw bilang aja kalo yang namanya kerja itu kan ibadah. Rasul sendiri adalah seorang pedagang yang sukses. Bersyukur sama Allah itu bukan hanya bisa ditunjukkan dengan ritual formal, tapi juga dengan mengagumi ciptaannya. Bahkan ada hadits (gw gak yakin juga) yang bilang kalo allah menghargai orang muda yang sibuk tapi masih sempet beribadah dibanding orang tua karena kalo orang tua ya emang gak ada kesibukan lain. kurang lebih gitu lah. Idup itu lebih mudah kalo kita ngasingin diri bagaikan para sufi dan menghabiskan diri unuk solat berpuluh-puluh kali dan wirid beribu-ribu kali tiap hari. Padahal kan islam ngajarin habluminallah dan habluminannaas (yah begitulah). Yang menunjukkan kalo idup itu ya gak harus cuma berhubungan sama tuhan tapi yang horizontalnya juga harus ada.

Menurut gw, Tuhan itu gak punya standar skor kalo sekali kita solat lo bakal dapet 10 skor, trus kita utang berapa kali gak solat, dikaliin skornya. gak ada kalkulator buat dosa dan ibadah, karena cuma dia yang tau. makanya belum tentu kita wirid beribu kali skornya lebih besar karena belum tentu tulus. Kita ibadah karena kita takut masuk neraka, kita ibadah karena pengen masuk surga, kita ibadah karena takut dosa, bukan ibadah karena kita mencintai tuhan secara tulus. Mendingan lupain aja dosa yang dulu-dulu dan mulailah dari awal saat ini

Gw juga cerita kalo dari sekian solat gw, ada yang karena emang kewajiban karena dah ditanamkan dari kecil kalo gw harus solat (bahasanya dia terinternalisasi), on..off...on...off... kadang bisa sampe nangis kalo lagi solat, kadang sambil ngelamun. Seringkali gw juga mempertanyakan keberadaan Tuhan dan agama kayak misalnya kenapa jatah warisan cewe cuma setengah, dll. Cuma gw juga pernah merasakan gw dekeeettttt banget sama Tuhan kayak waktu suatu sore tenang berangin dan jalanan sepi dimana ketika gw bernapas gw merasakan tuhan masuk ke dalam pori2 gw, atau waktu gw ngeliat ribuan bintang di langit pas di Sabang yang baguuuuuusssssssssssss banget.

Dia bilang dia kadang pengen jadi orang yang menjadikan semuanya simple kayak gw, tapi dia bilang kayaknya dia emang orang yang suka memperumit sesuatu. Kalo ternyata ibadah bisa dibikin sesimple itu, cukup dengan menghargai ciptaannya, dengan bilang ciptaan tuhan itu bagus, "tell me how then". Kata-kata dia gw protes. Menurut dia pemikiran gw simple, tapi menurut gw, ritual yang dia inginkan itu lebih simple dibanding dia bisa merasakan tuhan dimana2. Cara pandang kita itu sama cuma di kutub yang berbeda....

Perbincangan malam itu lumayan terngiang-ngiang sampe di rumah. Hmmmmmm apakah membuktikan kepercayaan dan kecintaan kita emang harus pake ritual? sesuatu yang GRAND karena tuhan memang maha GRAND? atau hal-hal kecil seperti terkagum-kagum akan ciptaannya? curhat gak jelas di dalem angkot karena percaya tuhan gak bakal bocorin rahasia kita?Apakah mempertanyakan ritual untuk memujanya sebuah penistaan atau sebuah usaha untuk menggali lebih dalam?

GRAND WAY or small steps is a matter of choice. God may love them both or don't even need one.

Senin, 15 September 2008

Rumah Gerobak

Pas mau pulang ke Bandung jumat malem kemaren, seperti biasa gw naek x-trans dari fatmawati. Di deket tempat parkir mobil di pinggir jalan besar, ada pohon dan di bawahnya ada seorang cewe,seorang cowo n dua anak kecil tiduran di bawah pohon sekitar jam 7 maleman gitu. Gw kira mereka emang pengemis yang lagi nongkrong di pinggir jalan. Trus gw kan duduk di barisan paling belakang, sebelah jendela.

Dari jendela itu gw ngeliat gerobak di deket mereka tiduran. Gw mulai mikir apakah gwrobak itu gerobak si orang2 yang tidur di bawah pohon. ternyata, di dalam gerobak ada kain batik buat gendongan bayi yang diiketin dari satu sisi gerobak ke sisi laen. Gak berapa lama, si cowo, ngangkat anak bayinya dan ngebaringin si anak di dalam gerobak tersebut. Ternyata, gerobak itu emang rumah buat mereka berempat.

Mobil jalan karena emang udah wkatunya berangkat, sedangkan gw terdiam, terpaku. Hati gw terenyuh tapi gw tidak melakukakan apapun. It hurts inside knowing that I did nothing to help them. Terpisah jendela mobil, gw yang lagi menikmati d-crepes smoked beef and cheese kesukaan gw melihat bahwa ada orang yang harus hidup dalam keadaan begitu menggenaskan. Dan satu2nya hasil dari penglihatan gw malam itu adalah postingan ini. How useless....

Senin, 01 September 2008

Refleksi Munggahan

Udah jadi tradisi buat banyak masyarakat Sunda, untuk ngerayain yang namanya munggahan. Waktu salah satu temen gw nanya munggah tu apa, gw juga agak susah jelasinnya. Kalo di Aceh si ada tradisi serupa namanya meugang. Kurang lebih, Munggah tu kumpul-kumpul 1 hari sebelum bulan Ramadhan mulai. Kumpul-kumpulnya bisa nyekar ke makam leluhur, atau malah makan-makan.

Sabtu kemaren, gw, nyokap, kakak gw n istrinya pergi ke Leles, Garut. Tujuan utama sih nyekar ke makam bokap gw, plus ortu n leluhur nyokap. Di sepanjang perjalanan gw seperti biasa mengamati lingkungan sekitar (serasa observer gak jelas). Perubahan yang paling keliatan dari perjalanan kali ini adalah pembangunan jalan baru di daerah nagrek. Yah seperti mungkin dah pada tau, jalur nagreg itu kan nerakanya mudik lebaran. Jalur menanjak, macet tiada tara, apalagi di alan cagak (percabangan) garut-tasik. beudeuuuhhhhhh. Nah makanya dibangun jalan baru. Cuma pas waktunya mudik lebaran dah jadi apa belom ya jalannya? moga2 aja udah. Kalo belom pun, gw kan lebaran di bandung tahun ini jadi gak kena macet, huahahahaahahahahaha (gaya setan ketawa)

di jalan masuk ke kampung nyokap gw, ada beberapa rumah juga yang rame munggahan. Banyak mobil mewah parkir di jalan yang dah butut setengah mampus itu. Mungkin mobil2 bagus itu nandain orang yang merantau ke kota dan berhasil.... cuma nyokap bilang si di daerah situ emang keluarganya dokter siapa.... gitu. Dokter jaman kuda gitu. Tapi ya gak pasti juga. Cuma kalo tenryata orang-orang yang ngerantau pada sukses n masih inget desa bagus juga.

Trus sepupu gw kan masih tinggal di leles. Cerita dia bikin gw agak miris gitu. Dia cerita, ada anak yang gak mau sekolah kalo gak dibeliin motor ma ortunya. Ada juga yang sampe ngegerebek (hmmmmm gimana ngejelasin kata ini yah? gila? depresi? sejenis-jenis ngelamun berkelanjutan deh) kalo gak kesampean punya motor atau hp baru. Keponakan jauh gw juga sempet tuh kayak gitu n pulih setelah dapet motor. Kakak ipar gw yang orang sumedang cerita juga kalo fenomena serupa kejadian juga di Sumedang. Akibat budaya komersil? materialistik? apapun lah namanya. Yang jelas penyakit ini membahayakan. gw yang lahir dan besar di kota aja ngalamin jalan kaki or naek becak kok ke sekolah. Tapi itu bertahun-tahun yang lalu. Apa generasi sekarang beda yah? OHHHHHHHHHHH TIDAAAAKKKKKKKK

Trus gw kan abis nyekar pergi makan di samarang Garut ke tempat yang namanya mulih ka dasa. konsep tempat makan itu nawarin suasana pedesaan (laporan lengkapnya disusulin di queenandfood.blogspot.com). Ada orang maen kecapi suling, angin semeliwir, piring n gelas kaleng! Iya gelas dan piring kaleng yang bocel-bocelnya disengaja (seandainya pun gak disengaja berarti mereka beli dari toko barang bekas gitu??? TIDAAAAAAAAKKKKKKKKKKKKKK).

Ada ironi disitu. Di desa dimana para orangtua yang petani lagi berjuang biar tetep bia idup dan survive, anak2 minta dibeliin motor atau hp biar mau sekolah. Padahal belum tentu tahun ini panen berhasil. Di sisi lain, orang2 kota yang sok-sok kangen pedesaan bersedia membayar demi ngerasain suasana idup pedesaan or kayak orang miskin makan di atas piring kaleng!!!!! Dunia macam apa ini???

-back to work ah-

Rabu, 27 Agustus 2008

Feeling vs logic

My feeling said yes, my logic said definitely NO.

If I let my feeling wins, my logic lost.

Then stupidity will haunt me forever

If I let my logic wins, I'lost my comfort.

But, is it a kind of comformity I'm looking for?

Am I happy with that kind of comformity?

Is is a comformity anyway?

I think I have to fight for my logic

By the end, I'll find my true comfort anyway

Selasa, 26 Agustus 2008

Chinese Funeral

Kemaren gw pergi ke pemakamannya bokap ex staff kantor gw. Gw gak kenal si sama orangnya, karena dia pindah sebelum gw masuk. Rumah duka yang gw datengin itu ada di daerah Jakarta Utara gitu deh. Pertama gw dateng ke rumah duka, agak kaget juga karena kok tempatnya terang benderang gitu. Gw mikirnya bakal ada tangisan msal di begitu bnayak rumah duka yang ada tenryata enggak.

Rumah duka bokap ex staff kantor gw itu ada di lantai dua. Pas di lantai satu aja gw udah amaze ngeliat rumah duka-rumah duka yang sepertinya fully booked. Pertama, bayak banget makanan. Kedua, gw gak ngeliat orang nangis2. Ketiga. Bajunya pada anyantei abis gitu, dari mulai celana pendek sampe rok mini.

Naeklah gw ke ruang duka yang dituju. Ternyata karena almarhum penganut budha, lagi ada upacara gitu deh. Trus gw merhatiin sekeliling. Sebagian tamu emang ada yang ngikutin upacara budhanya, tapi bnayak juga yang duduk2 di kursi deretan belakang, makan kacang, roti atau jeruk yang disediain di beberapa meja. Wah... kok seperti kantin msal rumah duka ini. ditambah ada kulkas juga. Di dalemnya ada kue apem sama bakpao. Temen gw sempet cekikikan sendiri. APs di mobil dia baru tanya apa tuh makanan di kulkas bayar atau enggak, hehehehe. Udah gitu, pas kita masuk ruang duka, ada penerima tamu dan tempat masukin uang. Gw hampir jedang begitu yang nerima tamu nyodorin kartu dijepret permen sebagai ucapan terima kasih. Huaaa kok kayak kawinan.

Gw langsung sms temen gw yang chinese nanyain kok acara berduka cerah begini. Dia bilang, tergantung apakah keluarganya masih cina totok atau engga. Kalo yang totok emang dibikin cerah tapi abis itu 40 hari pake kaen karung. Kalo di tempat ex staff kantor gw sih yang berduka pake atasan putih, bawahan item trus semacam iketan di tangannya. Di ruang duka lantai bawah gw liat yang lebih meriah lagi, soalnya ada boneka2 dewa gitu terus langit2nya digantungin semacam spanduk pake tulisan cina besar2. Temen kantor gw yang ikut pergi trus sempet cerita, di salah satu ruang duka di pojok, peti matinya itu kayak peti mati Cina yang bentuknya kuno melengkung gitu. jadi pas mereka mau ke wc yang ada di belakang itu, dia ngebayangin jangan2 ada vampir ngeloncat dari tuh peti kayak di film2, huehehehehehehe.

Waktu temen gw yang batak kristen meninggal, acara nangis2nya heboh gitu. Apalagi pas penguburan karena nangisnya pada histeris. Waktu bokapnya temen gw yang Jawa katolik meninggal, gw ke rumah duka. Ya suasananya kelam gitu tapi gak terlalu menjerit-jerit. Sebagai moslem, gw biasa dateng ke pemakaman yang semua prosesnya cepet. Malem meninggal, besok pagi atau siang dah dimakamin. Ada yang nangis, tapi gak histeris2 amat. Pengalaman dateng ke chinese funeral pertama kali buat gw menambah khasanah pengetahuan gw tentang budaya

Jumat, 22 Agustus 2008

Happiness

Extra ordinary happiness is

When my words motivate people

When my hug warmth others

When my hands help my friends

When my jokes make people laugh

Extra ordinary happiness is when I could make other people happy

Rabu, 20 Agustus 2008

Me and classical music

Ya ampun fit.... berat amat selera lo. Kalo jazz macem tompi gw masih bisa nikmatin, tapi kalo nonton konser musik klasik ntar dulu deh. Hua... apa coba yang salah ama suka ngedengerin musik klasik? heran!Toh gw juga punya lagu pop, dangdut, jazz dan rock yang gw suka. Bahkan metallica pun menurut gw keren. Yang gak bisa gw nikmatin tuh cuma musik hip-hop.

kata-kata itu gw denger dari temen gw waktu gw nyari temen buat nonton konser the voice of magic, the magic of voice ya gitu deh namanya (maklum tketnya ilang) yang diadain sama rotary club di hotel shangrila jakarta. Konsernya itu terdiri dari piano, kecapi cina and alat gesek cina gitu. saking desperadonya nyari temen, akhirnya gw ngehubungin hampir semua temen gw yang gawe di jakarta. Jawabannya macem-macem. Dari yang mulai ngajakin pengajian (maklum, konsernya barengan sama hari besar islam), sampe wisata kuliner. Yang wisata kuliner gw iyahin, tapi tetep aja gw nonton konser sendiri. Selain karena genrenya klasik, tiketnya yang 150rb emang mahal (hmmm sekarang gw jadi inget dompet gw bocornya selain buat wisata kuliner kemana aja).

Gw tu sempet belajar biola bertahun2 dari kelas 4 sd sampe 1 sma. Gw sempet maen ensemble tempat les gw beberapa kali n that's it. eh pernah juga maen buat sekolahan gw pas smp sampe ditawarin buat masuk band sekolah tapi gwnya emang gak niat aja. temen gw bilang jangan2 mereka excited karena belom pernah liat yang maen biola sebelumnya lagi, wakakakakakak. Playing music instrument is not one of my best expertise and never will. I was a horrible violin player and My mom said that the way i played my violin is terrifying, huehehehe. kata si mamah n aa bunyinya nguak nguik nguak nguiiiiiikkkkkkkkkkkkk.

Jadi dulu nyokap gw nawarin gw les piano, tapi gara2 ada iklan bank yang anak kecilnya maen biola, gw jadi pengen. Ternyata investasi gagal saudara-saudara. Bahkan sampe umur gw sekarang pun, kalo ada momennya nyokap gw pasti bilang "Tu kan, coba dulu kamu belajar piano kayak mama bilang". padahal bisa juga gw maen piano sama parahnya. Jadi akhirnya pas sma gw memutuskan untuk berenti, atau kata orang dagang mah cut loss n milih masuk tim debat, hehehehe. Dulu temen sma gw ada yang satu guru biola sama gw, n sekarang karirnya emang jadi violinist. Cuma gara2 belajar biola itu gw dari kecil familiar sama lagu2 klasik dari kecil kayak karya2nya bach, schuman, bethoven, dll, dll. meski secara teori gw gak mumpuni juga bedain mana lagu jaman barok, klasik, dll, dst. Benar2 penikmat saja.

Bukan pertama kalinya si gw nonton konser atau resital sendiri. Di bandung juga dulu sering, tapi cari yang gratisan di ccf. Nah konser piano plus 2 alat musik tradisional cina tadi itu ternyata ok banget. pianisnya masih 18 tahun, namanya edith widiani, dia belajar piano dari umur 3 tahun dan konser itu konser perpisahan dia karena dapet beasiswa belajar piano ke amrik (buset... apalagi yang dipelajarin ya???). Nah alat musih gesek yang dimaenin sama adiknya si pianis itu arti katanya berasal dari kuda. Jadi ada nada tertentu yang kalo digesek itu suaranya emang kayak ringkikan kuda. ngigigigik ngingiigigik. Sampe pas acara selesai, si panitia masih minta pemaennya maenin si nada kuda itu.

Yang paling gw suka dari musik klasik itu adalah kebebasan gw untuk berimajinasi dan menginterpretasikan musik yang dimaenin terlepas dari interpretasi si komposer. Jadi gak usah mikir. Biarin aja otak gw terbang kemana-mana. Bukan bermaksud merendahkan lagu indonesia yang banyak juga yang keren, tapi kok ada juga yang bapuk abizzzz semacem lagu cegukan yang tiap katanya diakhiri oleh ik...ik...ik... atau lagu yang judulnya gubrak yang emang syairnya bikin gubrak. Apalagi yang bisa diinterpretasiin dari lagu kayak gitu coba? atau gw yang pemahamannya kurang?

Di konser rotary yang gw datengin, ada lagu yang katanya nyeritain tentang kuda dan dari nada2 yang diaenin gw bisa ngebayangin derap langkah sekelompok kuda di padnag rumput. orang laen bisa aja ngebayangin kuda kawin, kuda kesasar, kuda liar, atau apapun. Ada juga lagu yang bahkan untuk narik napas pun gw sayang karena takut momentumnya kelewat. Belum ada lagu yang gloooooommmmmmyyyyyyyy banget yang cocok jadi soundtrack atau backsound orang yang mau bunuh diri. Nah makanya sabtu kemaren gw suenang skalski waktu dapet tiket gratis nonton konser harpa plus flute and jakarta chamber orchestra. konduktornya avip priatna lagi. Kalo beli, harga tiketnya 250rb bo! Sejujurnya, itu pertama kalinya gw nonton orkestra live. jadi seneng banget. KArena bintang utamanya si pemaen harpa, jadi awal2 emang harpa doang yang dimaenin. Terlepas dari kostum pemaen harpanya yang kurang ok, overall si konsernya ok banget. Ada lagu yang kayaknya maniiiiiiiiiiiisssssssssssssssssssssssssssss banget sampe lagu yang horor gitu. Aaaaaahhhhhhhhhhh menyenangkann!!!!!

Ada yang mau ngasih tiket nonton konser musik lagi?????

Selasa, 12 Agustus 2008

Kurs Keluarga

Waktu salah seorang keponakan gw mau nikah, ...Tunggu.... keponakan gw???? yap. Nyokap gw tuh anak bungsu dari 11 bersaudara. Jadi, gw tuh seumuran bukan sama sepupu2 gw, tapi sama keponakan2 gw dari samping. Jadi kalo di posting kali ini gw menggunakn kata sepupu, bayangin orang ang umurnya lebih tua dari 40 tahun. Kalo keponakan, yah sebaya lah. Pusing dah...

Nyokap gw dah sibuk nyebarin undangan, karena banyak undangan dititipin untuk disebarin lewat nyokap gw. Dia sih pengenya berangkat rame2 sama keluarga besar naek bus ke jakarta. Gw ma kakak2 gw harus ikut. Keluarga gw si ok2 aja.

Tapi... ternyata eh ternyata, ada cerita di balik berita. Salah seorang sepupu gw cuma mau dateng sendiri aja gak mau ngajakin anak-cucunya. Dia bilang dia pundung, gara2 waktu nikahin anaknya, dari keluarga besar si calon penganten tuh cuma dateng 1 orang cucu yang kuliah di bandung, n anaknya yang tinggal disini. Dianggap tidak merepresentasikan keluarga besarnya si penganten kali. Sepupu gw yang laen males dateng, karena waktu dia nikah gak seorang pun dari keluarga besar itu dateng. SEdangkan nyokap gw pengen semua anaknya dateng, karena tiap kali kakak gw nikah, mau di cirebon masuk lagi kek, sumedang kek, keluarga besar penganten selalu dateng rame2.

Gw sampe mikir, buset deh... mau dateng kondangan aja ada kalukulasi untung-rugi gini. tapi kalo gw liat2 lagi, mungkin keluarga besar penganten selalu dateng rame2 kalo kakak2 gw nikah, karena si mama juga selalu bawa semua anak plus cucunya. Sepupu gw yang nikahin anaknya emang selalu dateng kalo diundang, tapi biasanya sendiri, gak sama anak. Mungkin aja seorang cucu n anak dari keluarga penganten dianggap cukup representatif. Si sepupu gw yang pundung itu, sebenernya jarang juga ikut ke acara keluarga super besar kalo di luar kota.

Harga saham bisa diitung, future value tanah bisa diitung, pilih bayar kredit apa leasing bisa diitung. Tapi lo gak bisa ngitung kapan investasi silaturahmi lo bisa dipetik hasilnya. Kursnya benar2 gak bisa diheading. (Buset.... ujian finance telah mencuci otak gw). Tergantung mood banget deh. Jangan2 lo gak nyadar dah invest dikit, giliran hasilnya dikit malah pundung lagi. Jadi, apakah bisa disimpulkan: Wahai umat manusia.... beramai2lah kalian dateng ke kondangan sodara, SIAPA TAU mereka mau beramai2 dateng ke kawinan kalian.

(I think) another old posting. Kata I think ditulis karena gw ragu apa semua notepad gw dah pernah diposting di blog friendster atau belum, hehehehe

Absolute cycle

When I was on elementary school til university, I have some "permanent becak driver" to drop me to school and pick me up home. They were becak driver 18 years ago, and they still are becak driver today

Years ago, when I went home almost midnight with my bros, they show me a guy who stand on Tamblong street near to Preanger hotel. The guy with white hair and white bear. My bro told me that he's a pimp. You only need to stop your car in front of him, and asked him anykind of girl's criteria you want. To proove it, my bro asked me to hide behind the car seat, then he stopped the car asking the man for a college student. The guy answer that he didn't have colllege student list, but he had office worker list (DANG!). Couple of days ago, Almost mid night, on my way home from campus after exhausting day with finance, I saw that guy again, still in the same location as years ago.

When some of my teachers or lectures explained about absolute poverty, I theoretically did understand that. But now, I see the real fact. 18 years ago when the becak drivers are becak driver, I was only a kid. But now, I am a master student ready to follow better path of future, but I don't think those becak drivers will have such a privelege opportunity.

Who on earth when he/she was a kid dreamed to end your life as a pimp? I think none! But most of the time economic reaso forced you to do so. Becak driver, pimp, prostitute, homeless

(I think) it is reposted from my old blog fi3.blogs.friendster.com
FYI, I wrote those words around 1-2 years ago, and those becak drivers are still becak drivers until today.

Jumat, 08 Agustus 2008

The most frequently situations faced by 25 years old Fitri

I am now 25 years old, having a Bachelor of Politics in International Relations, Master Degree in bussiness, a good job (Not one of the biggest MNC in the world every MBA degree wants to joint with, but at least it's fun, full of joy and I work with smile), and rent my own studio wannabe to live in Jakarta (despite that the water is on and off). Unfortunately, according to the parameter of Indonesian culture, those are not enough, simply because I am single.

On one of my blogwalking, I red one of my hih school friend said: I went to a baby shop to buy gift for my niece. Those baby girl clothes are so cute and I want to dress my future baby girl. Oooo when would I have my own baby girl? (btw, according to her fs status, she is single). On the next friendster or facebook walking this friend was married last week, that friend put his baby boy picture, A is engaged, B is preparing for pre wedding photos, etc.

I come from Bandung, and I go there once every two weeks to visit my Mom. AND, once every two weeks my mom will ask: Do you have a boy friend already? I said no. In the next two weeks: The same question, the same answer. In the next two weeks: The same question, the same answer. In the next two weeks: Stop asking Mom! I don't have any boy friend yet and I'll let you know if I have one! Until my mom said: Go look for one. I'll give you two years to look for a boyfriend. At the age 27, I hope you'll have someone to marry with when you're 30 (as if I only need to go to supermarket, pick one boy from the shelf, go to the cashier, pay and bring it home). As a matter of fact, those repeated questions were being asked by a very educated mother who spent only three years in elementary school, went to law faculty, has visited many countries in the world, remembering world histories as if remembering her own life, etc, etc. I expect her to understand mooooorrrrrrrrrreeeeeeeee. Well, at least the deadline is 30 years old. Maybe I'll have somekind of death penalty if I'm still single at 30, hehehehe. kidding mom!

Attending a family gathering will bring me to a similar situation, similar question. As a bonus, my uncles, autns, cousins, etc will ask: Hey.... I know a boy who bla...bla...bla... I think he's gonna be suitable for you, bla...bla...bla.... I'll introduce you to him. >_<

Ladies...Gentlemen.......... STOP RIGHT THERE. BE PATIENT! Living as a spinster would be my very very last option. So, don't worry, getting married will be part of my plan. You guys said that destiny is on God's hands so with who our soulmate will be. If the time is arrived, maybe my soulmate will fall down in front of my room sent by a helicopter.

BUT bugging me with the same questions, nagging me with the same curiosity are annoying. I am now preparing my first backpacking travel, enthusiastic with my first salsa class, satisfied with the experiences I had from a small "research" I made, dreaming of working in Papua, and writing every culinary trip I had to make my name sounds familiar among the foodism. Sooner or later than those things, the time for me being involved in serious love relations will come. I am only waiting for the best to come. For the one who will fly with me to the dreamland of ours.

Selasa, 05 Agustus 2008

Who comes first, God or Religion? or you don't need both?

I am reading one of the Karens Amstrong's book title "Sejarah Tuhan"/ The History of God. I just red the first chapter last night which talk about what Plato, Socrates, etc opinion about the entity call "God". Then my mind flew back to one of my favourite class in college: The philosophy of science with the amazing lecture named Mas Nur. I remember him telling us about nomenon, phenomenon, or something which is highly corelated with what I red that night. Then late at night I sms my friend and voila, the right answer arrived.

Imanuel Kant said about Ding an sich (thing in itself). If I'm not mistaken my lecture said that threre is no absolute thing called nomenon, but there is phenomenon (the one which is observable) to at least come closer to nomenon.

Is God absolute? Is religion a way to explain God? Does God create religion or religion creates God? As a matter of fact... during the history of human being there are so many religion, come and go, raised and diminished, and they all have different God. Yehova, Marbuk, Zeus, Allah, Jesus are some of few example. Which one is true? The answer depends on whether or not you believe in God. Some of my friend said that they do not believe in God because God can not be explained by logic. even if there is a God, then God is not a nice entity because the world is not a nice place. Is that true?

Many followers of religions conduct some religion practice in order to get closer to God. But where is God? Nirvana? Sky? Sea? Heaven (so who is in hell then?If God is in heaven and evil is in hell, does it mean that God and evil have an equal position for having a location under separate jurisdiction?)

Why do I pray 5 times a day then? First because I was told since I was a baby that as a moslem praying is the right thing to do. Now I am 25 and do I still think that praying is the right thing to do? One of citation in a book called the Atheist bible said that the one who have religion and lives happier than the one who doesn't have one is equal to a drunken person who is happier than a sober person. One of my friend said that the good thing of having religion is because we have something to hang on, somewhere to go, or is a very deperate circumstance, something to blame for any misarable thing happen to us. huahahahahaha.

I have found God before. where? in me, in my body, in my soul, in my spirit. I lost him/her sometimes. I left him/her consicously ur unconciously sometimes. Walking far away.... get back when I feel I need to. But I want to find him/her again, again, and again. Why? Because when I found God in me, I feel that I'm home.

Senin, 04 Agustus 2008

Fitri Customer Satisfaction Award for Bank Mandiri

Posting pertama di blog gw yang baru. yey!

Gw sempet kepikiran tentang kepuasan pelanggan gara2 minggu lalu ke bank mandiri di Bandung. Ceritanya, demi tujuan liburan taun depan gw kan buka Tabungan Rencana Mandiri. Cuma gara2 kudu bayar kontrakan, jadi mau gw tarik sebelum waktunya. Masalahnya kan gw kerja di Jakarta, jadi harus ke Bandung buat ngurus, dan berharap bisa ngurus di weekend banking cabang buah batu.

Pas gw dateng hari Sabtu, gw inget customer servicenya tuh orang yang bukain rekening gw di Cabang Asia Afrika Utara. Namanya Mba Maya. Seperti prosedur biasa, dia nyalamin gw. tus gw bilang deh tujuan gw. Cuma si Mba Maya bilang TRM gw harus ditutup di cabang pembuka yaitu Asia Afrika Utara. Trus dia liat form yang gw kasih, dia bilang "Mba Fitri, dulu buka rekeningnya sama saya ya?". Gw cukup amaze sih, cuma mikir mungkin ada datanya di sistem.

Nah demi kebutuhan mendesak, dan ngejar travel jam 10 akhirnya berkorbanlah gw Senen jam 8 pagi dah ada di Bank Mandiri cabang Asia Afrika Utara. Masih kosong tuh antrian. Ternyata nomor gw dapetnya di meja si mba Maya lagi. Waduh... jodoh kali yak. Baru gw mau duduk si Mba Maya langsung bilang "Mba, jadi nutup TRMnya yah?". Naaaaaaahhhhhhh kalo yang ini gw baru kagum. Waktu gw dateng SAbtu, sesudah gw kan pasti masih banyak klien dateng. kok si Mba Maya ini masih inget nama gw, dan lebih hebat lagi tujuan gw. Kerrrreeeeennnnn. Baru namanya customer service. Murah senyum lagi.

Gw juga merhatiin si satpam2nya. Begitu ada tamu dateng langsung bilang "Selamat pagi bu, pa. selamat datang di Bank Mandiri. Silakan!" trus kalo orang kebingungan langsung dibantu gitu. Cuma gw mikir apa tu satpam2 gak pegel yah ngucapin kalimat yang sama berulang2 plus senyum? iya kalo pagi. Kalo dah sore? pegel kali. Jangan2 mereka cuma lipsync and yang ngomong rekaman suara aja, hehehe